21.7.10

Not a very nice day

Hari ini ada pa yak?
koq tampak energinya gak OK banged niy. Hmm., mari kita buat daftarnya.

1. Pagi-pagi ada yang pamer rambut panjang di angkot. Nyisir2 dan berkali-kali menggerai-menjepit-menggerai-menjepit rambut panjangnya. Mungkin karena jepitannya gak begitu kencang. Tapi yah Mba Yu.,, masalahnya rambut Mba yang tampak sepertinya indah itu ketombeannya lumayan cihuy juga. Jadi waktu Mba yang kebetulan duduk di depan jendela nyisir-nyisir rambutnya, serbuk-serbuk ajaib berwarna putih pada bertebaran memenuhi angkot. Tapi koq Mba nya gak berhenti nyisir siy? Malah diterusin maenin rambutnya mpe turun.

2. Melihat Ibu-Ibu yang maksa naekin anak kecil ke dalam metromini yang sudah penuh(tebakan saya anak itu belum memasuki usia SD, sekitar 4-5 tahun). Anak itu juga disuruh berdiri di dekat pintu karena Ibu-nya gak mau susah pas turun nanti dan menolak untuk berdiri di bagian dalam. Sayangnya, tu Ibu sial karena gak ada orang yang tergerak memberikan tempat duduknya (termasuk saya). Entah mungkin Ibu menganggap kami gak punya hati, namun posisi Ibu dekat sekali ke terminal dimana banyak metromini jurusan yang sama berderet antri giliran jalan. Selain itu, ada banyak alternatif angkutan lainnya menuju tempat yang Ibu maksud walopun jalannya agak sedikit lebih lambat. Oleh karena itu saya berkesimpulan bahwa Ibu telah berpikir secara matang dan tahu persis batas kemampuan anak Ibu. Jadi tidak mengapa kan kalau kami tidak menawarkan tempat duduk kami yang sudah kami perjuangkan dengan pergi ke dalam terminal?

3. Ada mbak-mbak membawa tas besar yang juga gak mau repot pas turun dan maksa bertengger di dekat pintu. Saat penumpang lainnya mendesaknya untuk bergerak masuk, Mbak itu keukeuh tetap mau berpegangan di tiang dekat pintu depan walaupun badannya sudah ada di bagian tengah. Posisi tersebut tentunya mendesak penumpang lainnya dan saya pun yang duduk di bagian luar (dekat sisi lorong) kena imbasnya. Kasihannya lagi, Mbak itu menaruh tasnya di atas bangku di depannya sehingga menindih bahu dan mendorong kepala Ibu yang duduk di bangku tersebut ke arah depan. Gerakan halus dari sang Ibu tampak tidak membuat Mbak dengan tampang polos itu bergeming dari pose andalannya., fiuhhh.. masih banyak aja orang kayak gini naik angkutan umum (umum = untuk bersama).

4. Menjelang lokasi pemberhentian bis dekat kantor, saya melihat tepat di belakang metromini yang saya tumpangi ada angkutan yang rute-nya melalui samping gedung kantor saya. Akhirnya saya bergegas berdiri untuk turun agar dapat menaiki angkutan tersebut sehingga tidak perlu berjalan kaki ke kantor dan dapat menghemat waktu. Kebetulan saat itu arus lalu lintas sedang tersendat sehingga kedua angkutan berhenti. Tappiiiii., tepat di depan pintu ada mbak-mbak yang menghalangi jalan dan tidak mau bergeser walaupun saya berkali-kali minta permisi untuk lewat sampai akhirnya metromini yang saya tumpangi jalan lagi. Dengan santainya dia bilang, "iyah sabar, saya turunnya juga sama koq di depan". Arrrggghhh., sotoy banged siy.! Siapa yang mau turun di depan bareng sama Mbak-nya.!!! Dengan nada kesal akhirnya saya menjawab, "Saya tadi mau ngejar mobil di belakang Mba, bukan mau turun di depan". Sialnya lagi, saat metromini yang saya tumpangi berhenti di pemberhentian selanjutnya, angkutan yang ingin saya naikin menyusul dan berlalu dengan kencang. Saya pun tidak cukup cepat untuk turun karena harus mengantri di belakang Mbak Sotoy.!

5. Saat perjalanan pulang, orang bertampang remaja yang tampaknya tak tahu tata krama merokok dengan santainya menyalakan rokok dan menghisapnya di dalam angkutan umum. Awalnya dia berdiri di depan pintu namun asap yang sudah dihirupnya tetap di buang di dalam dan lintingan rokok menyala di antara jemarinya juga berada di dalam angkutan. Saat saya memintanya untuk mengontrol asapnya agar mengarah keluar, si mas malah bergerak ke dalam dan merokok di tengah lorong angkutan kemudian duduk di salah satu bangku yang kosong. Dia pun tidak berhenti menghisapnya sampai rokok itu habis walaupun wanita yang berada di angkutan itu kompak mengeluarkan tissue atau penutup hidung lainnya dan mendehem.

6. Memasuki daerah jeruk purut supir angkutan pulang saya yang juga bertampang remaja menggeber gas kendaraannya untuk memanggil kenek yang kebetulan sedang lari ke arah depan. Hal itu dilakukan dengan alasan bahwa ia butuh pinjaman handphone dari sang kenek padahal klaksonnya gak nyala. Ternyataaaa, preman setempat tidak suka ada gas yang digeber di daerahnya dan akhirnya memicu kemarahan mereka. Supir itu ditimpuk dan 2 orang preman masuk untuk menunjukan kuasanya. Salah satunya yang lebih vokal memukul dan mengancam si supir. Untung saja, di belakang supir duduk bapak tua berkopiah yang berusaha menenangkan preman-preman itu. Well., sebenarnya pelajaran berharga untuk supir yang suka menggeber gas sebagai pengganti klakson. Namun tetep aja bikin jantung saya sedikit berolah raga.

7. Si dia gak punya waktu untuk membalas sms ku tentang pas foto yang kuminta untuk kepentingan pengurusan surat-surat kami nanti. Alasannya adalah kesibukan di kantor. Padahal di wall-nya ku lihat dia sempat mengupdate status dan mengomentari foto salah satu temannya. Ku lihat YM nya juga selalu online, namun mendadak berubah menjadi offline saat ku kirim msg tanpa membalas pesan dariku. Penyakit yang selalu kumat saat dia berada di tempat dinasnya. Entah bagaimana posisiku dan bagaimanakah perasaanku., seolah aku hanya penganggu rutinitasnya saja. Well, gak boleh heran bukan???

Sudah lahh... sudah malam... lebih baik tidur sajah.. :p


Eitsss.,, walaupun begitu bisa dibilang mood saya secara keseluruhan tidak terlalu meledak-ledak kesal. Malah di tengah perjalanan saya diperlihatkan hal-hal yang membuat saya bersyukur atas kehidupan yang saya hadapi sedari kecil.
Terlalu banyak hal di luar sana yang membuat saya malu kalau tidak bersyukur atas yang saya punya dan dapatkan semenjak kecil. Alhamdulillah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar